RSS

Perbedaan Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif

A. Pengertian Penelitian Kualitatif ________________________________________ Metode penelitian kualitatif sering disebut sebagai metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting) disebut juga sebagai metode etnographi, karena pada awalnya metode ini banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, disebut juga sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif. Penelitian kualtatif adalah penelitian yang tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer. Proses penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Penelitian kualitatif merupakan penelitiian yang dalam kegiatannya peneliti tidak menggunakan angka dalam mengumpulkan data dan dalam memberikan penafsiran terhadap hasilnya. Bogdan dan taylor mendefinisikan “metodologi kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sedangkan kirk dan miller mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengtahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasannya dan dalam peristilahannya. Metodologi penelitian merupakan sesuatu yang berusaha membahas konsep teoristik berbagai metode, kelebihan dan kelemahan-kelemahannya yang dalam karya ilmiah dilanjutkan dengan pemilihan metode yanng akan digunakan. Dalam hal ini metode lebih bersifat teknis pelaksanaan lapangan sedangkan metodologi lebih pada uraian filosofis dan teoritisnya. Oleh karena itu penetapan sebuah metodologi penelitian mengandung implikasi inheren di dalam diri filsafat yang dianutnya. Sebab filsafat ilmu yang melandasi berbagai metodologi penelitian yang ada. Maka dari itu dengan mengetahui metodologi penelitian yang digunakan, filsafat ilmu dan kajian teoritisnya, kelemahan dan kelebihannya diharapkan akan mampu memberikan kesesuaian metodologi dengan fokus masalah penelitian. Objek penelitian kualitatif adalah seluruh bidang/aspek kehidupan manusia, yakni manusia dan segala sesuatu yang dipengaruhi manusia. Objek itu diungkapkan kondisinya sebagaimana adanya atau dalam keadaan sewajarnya (natural setting), mungkin berkenaan dengan aspek/bidang kehidupannya yang disebut ekonomi kebudayaan, hukum, administrasi, agama dan sebagainya. Data kualitatif tentang objeknya dinyatakan dalam kalimat, yang pengolahannya dilakukan melalui proses berpikir (logika) yang bersifat kritik, analitik/sintetik dan tuntas. Penelitian kualitatif menuntut keteraturan, ketertiban dan kecermatan dalam berpikir, tentang hubungan datta yang satu dengan data yang lain dan konteksnya dalam masalah yang akan diungkapkan. Beberapa alasan mengenai maksud dilakukannya penelitian kualitatif: • Untuk menanggulangi banyaknya informasi yang hilanng seperti yang dialami oleh penelitian kuantitatif, sehingga intisari konsep yang ada dalam data dapat diungkap. • untuk menanggulangi kecenderungan menggali data empiris dengan tujuan membuktikan kebenaran hipotesis berdasarkan berpikir deduktif seperti dalam penelitian kuantitatif. • untuk menanggulangi kecenderungan pembatasan variabel yang sebelumnya, seperti dalam penelitian kuantitatif, padahal permasalahan dan variabel dalam masalah sosial sangat kompleks. • untuk menanggulangi adanya indeks-indeks kasar seperti dalam penelitian kuantitatif yang menggunakan pengukuran enumirasi (perhitungan) empiris, padahal inti sebenarnya berada pada konsep-konsep yang timbul dari data. • Penelitian Kuantitatif • Penelitian Kuantitatif adalah penelitian yang datanya berupa angka-angka (score, nilai) atau pernyataan-pernyataan yang di angkakan(discore, dinilai), dan dianalisis dengan analisis statistik. Misalnya dengan rumus korelasi, regresi, T-test, analisis jalur dan lainnya untuk mencari koefidien tertentu, dan dari perhitungan-perhitungan statistik itulah kemudian ditafsirkan. Penafsiran-penafsiran itu namanya "penjelasan" atau "hukum-hukum" realitas. Penelitian kuantitatif bertujuan untuk memperoleh penjelasan dan hukum-hukum realitas. Tradisi penelitian kuantitatif yang berkembang dewasa ini cenderung dilandasi oleh filsafat positivisme. filsafat positivisme memandang bahwa: Pertama, Hakikat realitas adalah tunggal. Realitas yang tunggal itu dapat dipecah-pecah dan dapat di ukur. untuk dapat memahami realitas yang tunggal itu dapat dilakukan dengan memahami pecahan-pecahannya atau memahami unsur-unsurnya. Setiap pecahan tersebut dapat diukur secara pasti. Misal: jika anda ingin mempelejari kepribadian manusia, anda dapat mempelajari bagian-bagian (pecahan-pecahannya) secara terpisah. seperti : mempelajari nilai-nilai yang diyakininya, pengetahuannya, motivasinya, minatnya, prestasinya, status sosial ekonominya, dll. Dari pola pemikiran seperti ini maka timbullah istilah "variabel" atau "sub variabel". Kedua, berbagai variabel dalam realitas kehidupan ini saling berhubungan antara satu dengan lainnya dan hubungan itu merupakan hubungan sebab-akibat dan bersifat mekanistik ada hubungan sebab akibat yang nyata dalam sebuah realitas. Implikasi dari pandangan ini adalah adanya judul-judul penelitian kuantitatif yang mencerminkan hubungan sebab-akibat antar variabel yang diteliti. Misalnya: (1) Hubungan antara motivasi belajar, perhatian orang tua, dengan prestasi belajar siswa;(2) Pengaruh pemberian pakan ternak ayam terhadap kualitas telur; (3) Perbedaan prestasi siswa antara yang diajar dengan Quantum teaching dengan yang diajar dengan ceramah, dll. Ketiga, hubungan antara peneliti dengan yang diteliti terpisah. Ketika penelitian kuantitatif sudah berhasil menyusun hipotesis yang dibangun dari teori tertentu, dan peneliti sudah berhasil menyusun angket valid dan reliabel maka peneliti tidak perlu berinteraksi, berkomunikasi, berdialog dengan yang diteliti (hubungan terpisah). kegiatan berikutnya tinggal mekanik saja. Rumus-rumus statistik yang ada dalam penelitian kuantitatif itu juga merupakan alat/ teknologi yang bersifat mekanik. Jadi pola pikir dalam penelitian kuantitatif adalah mekanik. Keempat, Ilmu pengetahuan adalah bebas nilai. Oleh karena itu peneliti dan hasil penelitiannya harus bersifat objektif, memaparkan data apa adanya sesuai dengan objeknya, tidak boleh mengada-ada berdasarkan persepsi penelitiannya. Kelima, berbagai macam penelitian (kuantitatif) yang dilakukan oleh para peneliti adalah bertujuan untuk mendapatkan sebuah "penjelasan" atau "eksplanasi" tentang realitas, dan untuk menemukan hukum-hukum realitas. Adapun rancangan penelitiannya, apakah deskriptif, korelasional, komparatif, dan berbagai macam rancangan eksperimen, maka hasil penelitiannya tidak lebih dari sekedar menemukan penjelasan tentang realitas atau menemukan hukum-hukum realitas. B. Perbedaan Penelititan Kualitatif Dan Kuantitatif Perbedaan penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif menurut suharsini arikunto Penelitian Kuantitatif 1. Kejelasan unsur: tujuan, pendekatan, subjek sumber data sudah mantap dan rinci sejak awal. 2. Langkah penelitian: segala sesuatu direncanakan sampai matang ketika persiapan disusun. 3. Dapat menggunakan sampel dan hasil penelitiannya diberlakukan untuk populasi. 4. Hipotesis: (jika memang perlu) a. Mengajukan hipotesis yang akan diuji dalam penelitian b. Hipotesis menentukan hasil yang diramalkan 5. Desain: dalam desain jelas langkah-langkah penelitian dan hasil yang diharapkan. 6. Pengumpulan data: kegiatan dalam pengumpulan data memungkinkan untuk diwakilkan. 7. Analisis data: dilakukan sesudah semua data terkumpul Penelitian Kualitatif 1. Kejelasan unsur: subjek sampel, sumber data tidak mantap dan rinci, masih fleksibel, timbul dan berkembangnya sambil jalan (emergent). 2. Langkah penelitian: baru diketahui dengan mantap dan jelas setelah penelitian selesai. 3. Tidak dapat menggunakan pendekatan populasi dan sampel. Dengan kata lain, dalam penelitian kualitatif tidak dikenal istilah populasi dan sampel. Istilah yang digunakan adalah setting. Hasil penelitian hanya berlaku bagi setting yang bersangkutan. 4. Hipotesis: a. Tidak mengemukakan hipotesis sebelumnya, tetapi dapat lahir selama penelitian berlangsung b. Hasil penelitian terbuka 5. Desain: desain penelitiannya adalah fleksibel dengan langkah dan hasil yang tidak dapat dippastikan sebelumnya. 6. Pengumpulan data: kegiatan pengumpulan data selalu harus dilakukan sendiri oleh peneliti 7. Analisis data: dilakukan bersamaan dengan pengumpulan data. C. Karakteristik Umum Penelitian Kualitatif Dari hasil penelaahan pustaka yang dilakukan Moleong atas hasil dari mensintesakan pendapatnya Bogdan dan Biklen (1982:27-30) dengan Lincoln dan Guba (1985:39-44) ada sebelas ciri penelitian kualitatif, yaitu: 1. Penelitian kualitatif mennggunakan latar alamiah atau pada konteks dari suatu keutuhan (enity) 2. Penelitian kualitatif instrumennya adalah manusia, baik peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain 3. Penelitian kualitatif menggunakan metode kualitatif 4. penelitian kualitatif menggunakan analisis data secara induktif 5. Penelitian kualitatif lebih menghendaki arah bimbingan penyusunan teori subtantif yang berasal dari data 6. Penelitian kualitatif mengumpulkan data deskriptif (kata-kata, gambar) bukan angka-angka 7. Penelitian kualitatif lebih mementingkan proses daripada hasil 8. Penelitian kualitatif menghendaki adanya batas dalam penelitiannya atas dasar fokus yang timbul sebagai masalah dalam penelitian 9. Penelitian kualitatif meredefinisikan validitas, realibilitas dan objektivitas dalam versi lain dibandingkan dengan yang lazim digunakan dalam penelitian klasik 10. Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara terus menerus disesuaikan dengan kenyataan lapangan (bersifat sementara) 11. Penelitian kualitatif menghendaki agar pengertian dan hasil interpretasi yang diperoleh dirundingkan dan disepakati oleh manusia yang dijadikan sumber data. Outline Penelitian Kualitatif Dalam penelitian kualitatif memiliki susunan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Memilih masalah 2. Studi pendahuluan 3. Merumuskan masalah 4. Merumuskan hipotesis 5. memilih pendekatan 6. Menentukan variabel dan sumber data 7. Menentukan dan menyusun instrumen 8. Mengumpulkan data 9. Analisis data 10. Menarik kesimpulan 11. Menulis laporan Teknik Pengumpulan Data Berbagai cara pengumpulan data untuk penellitian kualitatif terus berkembang, namun demikian pada dasarnya ada empat cara yang mendasar untuk mengumpulkan informasi yaitu: Observasi Observasi yaitu tindakan yang merupakan penafsiran dari teori (karl popper). Namun dalam penelitian, pada waktu memasuki ruang kelas dengan maksud mengobservasi, sebaiknya meninggalkan teori-teori untuk menjustifikasi sebuah teori atau menyanggah. Observasi merupakan tindakan atau proses pengambilan informasi melalui media pengamatan. Observasi yaitu teknik pengumpulan yang mengharuskan peneliti turun ke lapangan mengamati hal-hal yang berkaitan dengan ruang, tempat, pelaku, kegiatan, waktu, peristiwa, tujuan dan perasaan. Observasi yang paling efektif adlaah melengkapinya dengan format atau blangko pengamatan sebagai instrumen. Format yang disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan akan terjadi. Metode observasi dibedakan menjadi: a. Observasi biasa Menurut prof. Parsudi suparlan, dalam observasi biasa si peneliti tidak boleh terlibat dalam hubungan emosi pelaku yang menjadi sasaran penelitian b. Observasi terkendali Menurut prof. Parsudi suparlan, para pelaku yang akan diamati dan dikondisi-kondisi yang ada dalam tempat kegiatan. Pelaku diamati dan dikendalikan si peneliti c. Observasi terlibat Menurut prof. Parsudi suparlan, observasi terlibat merupakan teknik pengumpulan data yang mengharuskan peneliti melibatkan diri dalam kehidupan dari masyarakat yang di teliti untuk dapat melihat dan memahami gejala yang ada, sesuai maknanya dengan yang diberikan dipahami oleh para warga yang ditelitinya. Kegiatan observasi terlibat bukan hanya mengamati gejala yang ada dalam masyarakat yang diteliti, tetapi juga melakukan wawancara, mendengarkan, memahamidan dalam batas-batas tertentu mengikuuti kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat yang diteliti. Keterlibatan peneliti dapat dibedakan menjadi empatkelompok yaitu: • Keterlibatan pasif: peneliti tidak terlibat dalam kegiatan yang dilakukan oleh pelaku yang diamati dan tidak terjadi interaksi sosial dengan pelaku yang diamati • Keterlibatan setengah-setengah: peneliti mengambil sesuatu kedudukan yang berada dalam 2 hubungan struktural yang berbeda, yaitu antara struktur yang menjadi wadah bagi kegiatan yang diamati dan struktur dimana pelaku sebagai pendukung • Keterlibatan aktif: peneliti ikut mengerjakan apa yang dilakukan para pelaku yang diamati dalam kehidupan sehari-hari • Keterlibatan penuh/ lengkap: bila kegiatan peneliti telah menjadi bagian dari kehidupan pelaku yang diamati. • Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan observasi: • Memperhatikan fokus penelitian, kegiatan apa yang harus diamati apakah yang umum atau yang khusus. • Menentukan kriteria yang diobservasi, dengan terlebih dahulu mendiskusikan ukuran-ukuran apa yang akan digunakan. • Fase-fase dalam observasi: • Pertemuan perencanaan • Observasi kelas • Diskusi balikan Ada berbagai keterbatasan observasi, yaitu sebagai berikut: a) Banyak kejadian yang tidak dapat dicapai dengan observasi langsung, misalnya kehidupan pribadi seseorang yang sangat rahasia b) Bila mengetahui bahwa dirinya diteliti, para observer mungkin dengan maksud-maksud tertentu dengan sengaja berusaha menimbulkan kesan yang menyenangkan atau sebaliknya pada observer. c) Timbul kejadian yang tidak selalu dapat diramalkan sehingga observer dapat hadir untuk mengobservasi kejadian itu. Jika penelitian dilakukan terhadap typical behavior, menunggu timbulnya behavior yang diharapkan itu secara spontan kerapkali memakan waktu yang panjang dan sangat membosankan. d) Tugas observasi menjadi terganggu pada waktu-waktu ada peristiwa yang tidak terduga-duga, misalnya keadaan cuaca. e) Terbatasi oleh lamanya kelangsungan suatu kejadian Kelebihan observasi: a) Merupakan metode yang dapat langsung digunakan untuk meneliti bermacam-macam gejala. Banyak aspek tingkah laku manusia yang hanya dapat diteliti melalui observasi langsung. b) Untuk subjek yang diteliti, observasi ini lebih sedikit tuntutannya, orang-orang yang selalu sibukpun mungkin tidak berkeberatan untuk diamat-amati, walau dia mungkin keberatan menjawab kuesioner. c) Memungkinkkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya sesuatu gejala. d) Tidak tergantung kepada self-report e) Dengan metode observasi, peneliti dapat memperoleh pandangan yang holistik/ menyeluruh terhadap responden yang diteliti f) Peneliti dapat menggunakan variasi pendekatan termasuk pendekatan inductive discovery (yaitu pengamatan yang mendasarkan kepada kejadian spesifik mendalam dan realistik serta merefleksikan keadaan responden) g) Peneliti dapat melihat hal-hal yang tidak dapat diungkap dengan teknik lain termasuk perilaku biasa h) Peneliti dapat mengetahui dan melaporkan apa adanya tentang perilaku responden yang biasa maupun diluar konteks permasalahan yang hendak diteliti. Hambatan-hambatan dalam pengamatan berasal dari 2 sumber, yaitu: a. Hambatan dari dalam, termasuk diantaranya: • Kurangnya persiapan apa yang dilakukan sebelum berinteraksi dengan responden • Perasaan terasing dari peneliti terhadap responden • Kurang bisanya peneliti beradaptasi dengan kegiatan, kebiasaan,dan tata cara hidup responden • Tidak dapat memanfaatkan peran informan di lapangan. b. Hambatan yang berasal dari luar, diantaranya: • Peneliti larut dengan responden dan kehilangan arah tentang informasi apa yang perlu diambil dari interaksi dengan responden • Peneliti tidak dapat mengidentifikasi gejala yang diinginkan karena adanya aturan yang harus ditaati di lapangan • Minimnya perlengkapan yang dimiliki peneliti dalam melakukan observasi di lapangan 2. Wawancara Wawancara yaitu pertemuan yang langsung direncanakan antara pewawancara dan yang diwawancarai untuk memberikan/ menerima informasi tertentu. Menurut Moleong (1988:148) wawancra adalah kegiatan percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh kedua belah pihak yaitu pewawancara dan yang diwawancarai. Wawancara merupakan pertanyaan yang dilakukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu. Ada tiga teknik wawancara yaitu: • Wawancara baku dan terjadwal • Wawancara baku dan tidak terjadwal • Wawancara tidak baku Beberapa hal yang harus diperhatikan agar wawancara berlangsung efektik: • Bersikaplah sebagai pewawancara yang simpatik, yang berperhatian dan pendengar baik, tidak berperan terlalu aktif, untuk menunjukkan bahwa anda menghargai pendapat anak • Bersikaplah netral dalam relevansinya dengan pelajaran • Bersikaplah tenang, tidak terburu-buru atau ragu-ragu dan anak akan menunjukkan sikap yang sama. • Secara khusus perhatikan bahasa yang anda gunakan untuk wawancara Ada beberapa bentuk wawancara: • Wawancara terstruktur yaitu apabila pewawancara sudah mempersiapkan bahan wawancara terrlebih dahulu • Wawancara tidak terstruktur yaitu apabila prakarsa pemilihan topik bahasan diambil oleh orang yang di wawancarai • Wawancara semi terstruktur yaitu bentuk wawancara yang sudah dipersiapkan, akan tetapi memberikan keleluasaan kepada responden untuk menerangkan agak panjang mungkin tidak langsung ke fokus bahasan/ pertanyaan, atau mungkin mengajukan topik bahasan sendiri selam wawancara berlangsung. 3. Dokumen Menurut Goetz dan Le compte (1984), dokumen yang menyangkut para partisipan penelitian akan menyedeikan kerangka bagi data yang mendasar, yang termasuk didalamnya: a. Koleksi dan analisis buku teks b. Kurikulum dan pedoman pelaksanaannya c. Arsip penerimaan murid baru d. Catatan rapat e. Catatan tentang siswa f. Rencana pelajran dan catatan guru g. Hasil karya siswa h. Kumpulan dokumen pemerintah i. Koleksi arsip guru berupa buku harian, catatan peristiwa penting (logs) dan kenang-kenangan dari siswa angkatan lama Macam-macam dokumen menurut Elliot (1991:78): • Silabi dan rencana pembelajaran • Laporan diskusi-diskusi tentang kurikulum • Berbagai macam ujian dan tes • Laporan rapat • Laporan tugas siswa • Bagian-bagian dari buku teks yang digunakan dalam pembelajaran • Contoh essay yang ditulis siswa 4. Triangulasi Merupakan teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada, tujuan dari triangulasi bukan untuk mencari kebenaran tentang beberapa fenomena, tetapi lebih pada peningkatan pemahaman peneliti terhadap apa yang telah ditemukan. Outlone Penelitian Kuantitatif 1. Latar Belakang Masalah Latar belakang masalah memuat hal-hal yang melatar belakangi dilakukannya penelitian, apa hal yang menarik untuk melakukan penelitian biasanya karena adanya kesenjangan antara kesenjangan antara yang seharusnya dan kenyataan. Dalam bagian ini dimuat deskripsi singkat wilayah penelitian dan juga jika diperlukan hasil penelitian peneliti sebelumnya. Secara rinci latar belakang (Wardi Bachtiar:1997) berisi: a. Argumentasi mengapa masalah tersebut menarik untuk diteliti dipandang dari bidang keilmuan/maupun kebutuhan praktis. b. Penjelasan akibat-akibat negatif jika masalah tersebut tidak dipecahkan. c. Penjelasan dampak positif yang timbul dari hasil-hasil penelitian d. Penjelasan bahwa masalah tersebut relevan, aktual dan sesuai dengan situasi dan kebutuhan zaman e. Relevansinya dengna penelitian-penelitian sebelumnya f. Gambaran hasil penelitian dan manfaatnya bagi masyarakat atau negara dan bagi perkembangan ilmu 2. Identifikasi, Pemilihan dan Perumusan Masalah a. Identifikasi Masalah Masalah penelitian dapat diidentifikasi sebagai adanya kesenjangan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, adanya kesenjangan informasi atau teori dan sebagainya. b. Pemilihan Masalah 1). Mempunyai nilai penelitian (asli penting dan dapat diuji) 2). Fisible (biaya, waktu dan kondisi) 3). Sesuai dengan kualifikasi peneliti 4). Menghubungkan dua variabel atau lebih (Nazir: 1988) c. Sumber Masalah Bacaan, seminar, diskusi, pengamatan, pengalaman, hasil penelitian terdahulu, dan lain-lain. d. Perumusan Masalah 1). Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya 2). Jelas dan padat 3). Dapat menjadi dasar dalam merumusan hipotesa dan judul penelitian Selain dirumuskan dalam bentuk kalimat Tanya, suatu masalah dapat dirumuskan dengan menggunakan kalimat berita. Keduanya sama baiknya akan tetapi ada perbedaan dalam kemampuannya mengkomunikasikan pesan yang ada di dalamnya. Kalimat berita lebih bersifat memberikan gambaran tentang karakteristik masalah yang bersangkutan. Sedangkan kalimat tanya dapat lebih mengakibatkan adanya tantangan untuk mengumpulkan informasi lebih lanjut. Terlepas dari bentuk perumusan masalah yang digunakan, terdapat beberapa kriteria yang dapat dipakai sebagai pegangan untuk merumuskan masalah, yaitu sebagai berikut : 1) Masalah yang dirumuskan harus mampu menggambarkan penguraian tentang gejala-gejala yang dimilikinya dan bagaimana kaitan antara gejala satu dengan gejala lainnya. 2) Masalah harus dirumuskan secara jelas dan tidak berarti dua, artinya tidak ada maksud lain yang terkandung selain bunyi masalahnya. Rumusan masalah tersebut juga harus dapat menerangkan dirinya sendiri sehingga tidak diperlukan keterangan lain untuk menjelaskannya. Masalah yang baik selalu dilengkapi dengan rumusan yang utuh antara unsur sebab dan unsur akibat sehingga dapat menantang pemikiran lebih jauh. 3) Masalah yang baik hendaknya dapat memancing pembuktian lebih lanjut secara empiris. Suatu masalah tidak hanya menggambarkan hubungan antargejala tetapi juga bagaimana gejala-gejala tersebut dapat diukur (Ace Suryadi: 2000). e. Perumusan Tujuan dan Manfaat Penelitian 1) Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan tentang apa yang akan kita cari/ capai dari masalah penelitian. Cara merumuskan yang paling mudah adalah dengan mengubah kalimat pertanyaan dalam rumusan masalah menjadi kalimat pernyataan. 2) Manfaat penelitian mencakup manfaat teoritis dan praktis (Arikunto:1992). f. Telaah Pustaka 1) Manfaat Telaah Pustaka 2) Untuk memperdalam pengetahuan tentang masalah yang diteliti 3) Menyusun kerangka teoritis yang menjadi landasan pemikiran 4) Untuk mempertajam konsep yang digunakan sehingga memudahkan perumusan hipotesa 5) Untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian g. Pembentukan Kerangka Teori Kerangka teori merupakan landasan pemikiran yang membantu arah penelitian, pemilihan konsep, perumusan hipotesa dan memberi kerangka orientasi untuk klasifikasi dan analisis data (Koentjaraningrat:1973). Kerangka teori dibuat berdasarkan teori-teori yang sudah ada atau berdasarkan pemikiran logis yang dibangun oleh peneliti sendiri. Teori yang dibahas atau teori yang dikupas harus mempunyai relevansi yang kuat dengan permasalahan penelitian. Sifatnya mengemukakan bagaimana seharusnya tentang masalah yang diteliti tersebut berdasar konsep atau teori-teori tertentu. Khusus untuk penelitian hubungan dua variabel atau lebih maka dalam landasan teori harus dapat digambarkan secara jelas bagaimana hubungan dua variabel tersebut. h. Perumusan Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Hipotesa merupakan kristalisasi dari kesimpulan teoritik yang diperoleh dari telaah pustaka. Secara statistik hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan populasi yang akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian. i. Definisi Operasional Variabel Penelitian Konsep merupakan definisi dari sekelompok fakta atau gejala (yang akan diteliti). Konsep ada yang sederhana dan dapat dilihat seperti konsep meja, kursi dan sebagainya dan ada konsep yang abstrak dan tak dapat dilihat seeprti konsep partisipasi, peranan dan sebagainya. Konsep yang tak dapat dilihat disebut construct. Karena construct bergerak di alam abstrak maka perlu diubah dalam bentuk yang dapat diukur secara empiris, atau dalam kata lain perlu ada definisi operasional. Definisi operasional adalah mengubah konsep dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan dapat diuji kebenarannya oleh orang lain. Konsep yang mempunyai variasi nilai disebut variabel. Variabel dibagi menjadi dua: a. Variabel deskrit/katagorikal misalnya : variabel jenis kelamin. b. Variabel Continues misal : variabel umur Proses pengukuran variabel merupakan rangkaian dari empat aktivitas pokok yaitu: 1. Menentukan dimensi variabel penelitian. Variabel-variabel penelitian sosial sering kali memiliki lebih dari satudimensi. Semakin lengkap dimensi suatu variabel yang dapat diukur, semakin baik ukuran yang dihasilkan. 2. Merumuskan dimensi variabel. Setelah dimensi-dimensi suatu variabel dapat ditentukan, barulah dirumuskan ukuran untuk masing-masing dimensi. Ukuran ini biasanya berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan dimensi tadi. 3. Menentukan tingkat ukuran yang akan digunakan dalam pengukuran. Apakah skala: nominal, ordinal, interval, atau ratio. 4. Menguji tingkat validitas dan reliabilitas dari alat pengukur apabila yang dipakai adalah alat ukur yang baru. Contoh yang bagus proses pengukuran suatu variabel dikemukakan oleh Glock dan Stark (dalam Ancok:1989) yang mengembangkan suatu konsep untuk mengukur tingkat religiusitas. Menurut pendapat mereka konsep religiusitas mempunyai lima dimensi sebagai berikut : 1. Ritual Involvement, yaitu tingkatan sejauh mana orang mengerjakan kewajiban ritual di dalam agama mereka. Seperti sholat, puasa, membayar zakat, dan lain-lain, bagi yang beragama Islam. atau pergi ke gereja dan kegiatan ritual lainnya bagi yang beragama Kristen. 2. Ideologi Involvement, yaitu tingkatan sejauh mana orang menerima hal-hal yang dogmatik di dalam agama mereka masing-masing. Misalkan apakah seseorang yang beragama percaya tentang adanya malaikat, hari kiamat, surga, neraka, dan lain-lain hal yang sifatnya dogmatik. 3. Intellectual Involvement, sebenarnya jauh seseorang mengetahui tentang ajaran agamanya. Seberapa jauh aktivitasnya di dalam menambah pengetahuan agamanya, apakah dia mengikuti pengajian, membaca buku-buku agama, bagi yang beragama Islam. bagi yang beragama Kristen apakah dia menghadiri Sekolah Minggu, membaca buku-buku agama, dan lain-lain. Demikian pula dengan orang pemeluk agama lainnya, apakah dia mengerjakan hal-hal yang serupa. 4. Experiential Involvement, yaitu dimensi yang berisikan pengalaman-pengalaman unik dan spektakuler yang merupakan keajaiban yang datang dari Tuhan. Misalnya, apakah seseorang pernah merasakan bahwa doanya dikabulkan Tuhan; apakah di apernah merasakan bahwa jiwanya selamat dari bahaya karena pertolongan Tuhan, dan lain-lain. 5. Consequential Involvement, yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana perilaku seseorang dimotifikasikan oleh ajaran agamanya. Misalkan apakah dia menerapkan ajaran agamanya di dalam kehidupan sosial. misalnya, apakah dia pergi mengunjungi tetangganya yang sakit, mendermakan sebagian kekayaannya untuk kepentingan fakir miskin. Menyumbangkan uangnya untuk pendirian rumah yatim piatu, dan lain-lain. Dimensi-dimensi yang disebut di atas kemudian diperinci dalam aspek yang lebih kecil dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian dijadikan komponen alat pengukur yang terhadap dimensi tingkat religiusitas. C. Validitas dan Reliabiltas Instrumen Pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur variabel yang kita teliti sebelumnya harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Bila instrumen/alat ukur tersebut tidak valid maupun reliabel, maka tidak akan diperoleh hasil penelitian yang baik. Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur betul-betul mengukur apa yang akan diukur. Ada beberapa jenis validitas, namun yang paling banyak dibahas adalah validitas konstruk. Konstruk atau kerangka konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggabarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian penelitian. Konsep itu kemudian seringkali masih harus diubah menjadi definisi yang operasional, yang menggambarkan bagaimana mengukur suatu gejala. Langkah selanjutnya adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan/ pernyataan-pernyataan yang sesuai dengan definisi itu. Untuk mencari definisi konsep tersebut dapat ditempuh dengan berbagai cara sebagai berikut : 1. Mencari definisi konsep yang dikemukakan para ahli. Untuk ini perlu dipelajari buku-buku referensi yang relevan. 2. Kalau dalam literatur tidak dapat diperoleh definisi konsep-konsep penelitian, maka peneliti harus mendefinisikan sendiri konsep tersebut. Untuk tujuan ini peneliti dapat mendiskusikan dengan ahli-ahli yang kompeten dibidang konsep yang akan diukur. 3. Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden atau orang-orang yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden (Ancok: 1989). Misalnya peneliti ingin mengukur konsep “religiusitas”. Dalam mendefinisikan konsep ini peneliti dapat langsung menanyakan kepada beberapa calon responden tetnang ciri-ciri orang yang religius. Berdasar jawaban calon responden, kemudian disusun kerangka suatu konsep. Apabila terdapat konsistensi antra komponen-komponen konstruk yang satu dengna lainnya, maka konstruk itu memiliki validitas. Cara yang paling banyak dipakai untuk mengetahui validitas konstruk suatu instrumen/alat pengukur ialah dengan mengkorelasikan skor/nilai yang diperoleh pada masing-masing pertanyaan/pernyataan dari semua responden dengan skor/nilai total semua pertanyaan/pernyataan dari semua responden. Korelasi antara skor/nilai setiap pertanyaan/pernyataan dan skor/nilai total haruslah signifikan berdasarkan ukuran statistik tertentu misalnya dengan menggunakan teknik korelasi product moment. Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengkur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan kemantapan/konsistensi hasil pengukuran. Suatu alat pengukur dikatakan mantap atau konsisten, apabila untuk mengukur sesuatu berulang kali, alat pengukur itu menunjukkan hasil yang sama, dalam kondisi yang sama. Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang mantap atau konsisten. Pada alat pengukur fenomena fisik seperti berat dan panjang suatu benda, kemantapan atau konsistensi hasil pengukuran bukanlah sesuatu yang sulit diperoleh. Tetapi untuk pengukuran fenomena sosial, seperti sikap, pendapat, persepsi, kesadaran beragama, pengukuran yang mantap atau konsisten, agak sulit dicapai. Berhubung gejala sosial tidak semantap fenomena fisik, maka dalam pengukuran fenomena sosial selalu diperhitungkan unsur kesalahan pengukuran. Dalam penelitian sosial kesalahan pengukuran ini cukup besar. Karena itu untuk mengetahui hasil pengukuran yang sebenarnya, kesalahan pengukuran ini perlu diperhitungkan. Makin kecil kesalahan pengukuran, semakin reliabel alat pengukurnya. Semakin besar kesalahan pengukuran, semakin tidak reliabel alat pengukur tersebut. Teknik-teknik untuk menentukan reliabilitas ada tiga yaitu: a. teknik ulangan, b. teknik bentuk pararel dan c. teknik belah dua. Dalam tulisan ini akan dijelaskan satu teknik saja yaitu teknik belah dua. Teknik belah dua merupakan cara mengukur reliabilitas suatu alat ukur dengan membagi alat ukur menjadi dua kelompok. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut: a. Mengajukan instrumen kepada sejumlah responden kemudia dihitung validitas itemnya. Item yang valid dikumpulkan menjadi satu, item yang tidak valid dibuang. b. Membagi item yang valid tersebut menjadi dua belahan. Untuk mebelah instrumen menjadi dua, dapat dilakukan dengan salah satu cara berikut: 1). Membagi item dengan cara acak (random). Separo masuk belahan pertama, yang separo lagi masuk belahan kedua; atau (2) membagi item berdasarkan nomor genap-ganjil. Item yang bernomor ganjil dikumpulkan menjadi satu dan yang bernomor genap juga dijadikan satu. Untuk menghitung reliabilitasnya skor total dari kedua belahan itu dikorelasikan. D. Penetapan Metode Penelitian Penetapan metode penelitian mencakup : (i) penentuan subyek penelitian (populasi dan sampel), (ii) metode pengumpulan data(penyusunan angket) dan (iii) metode analisis data (pemilihan analisis statistik yang sesuai dengan jenis data) E. Pembuatan Rancangan Penelitian Rancangan penelitian adalah pedoman yang disusun secara sistematis dan logis tentang apa yang akan dilakukan dalam penelitian. Rancangan penelitian memuat: judul, latar belakang masalah, masalah, tujuan, kajian pustaka, hipotesis, definisi operasional, metode penelitian, jadwal pelaksanaan, organisasi/tenaga pelaksana dan rencana anggaran. F. Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data diperlukan kemampuan melacak peta wilayah, sumber informasi dan keterampilan menggali data. Untuk itu diperlukan pelatihan bagi para tenaga pengumpul data. G. Pengolahan, Analisis dan Interpretasi Hasil Penelitian Pengolahan data meliputi editing, coding, katagorisasi dan tabulasi data. Analisis data bertujuan menyederhanakan data sehingga mudah dibaca dan ditafsirkan. Dalam penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik. Interpretasi bertujuan menafsirkan hasil analisis secara lebih luas untuk menarik kesimpulan. H. Menyusun Laporan Penelitian Untuk memudahkan menyusun laporan maka diperlukan kerangka laporan out line.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

1 comments:

aikawafaith said...

Nice Post!! Semoga Lebih Bermanfaat Jangan Lupa Kunjungi Blog Saya ^^9
aikawafaith.blogspot.com

Post a Comment

Powered by Blogger.

Popular

Blogger news

TEKNOLOGI PEMBELAJARAN