PENGEMBANGAN SISTEM
INSTRUKSIONAL
A.
Latar Belakang
Masalah
Pengembangan sistem pembelajaran (instruksional) merupakan salah satu
bentuk pembaharuan sistem instruksional yang banyak dilakukan dalam rangka
pembaharuan sistem pendidikan, dengan maksud agar sistem tersebut dapat lebih
serasi dengan tuntutan kebutuhan masyarakat, serasi pula dengan perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Tujuan utama meningkatkan produktivitas dan
efisiensi proses pembelajaran.
Namun demikian, pendekatan yang sistematis dalam kegiatan instruksional ini
dilakukan dengan cara yang berbeda-beda, dan dengan sebutan yang berbeda-beda
pula. Sebutan itu di antaranya adalah: pengembangan instruksional, desain
instruksional, pengembangan sistem instruksional, pengembangan program
instruksional, pengembangan produk instruksional, pengembangan organisasi, dan
pengembangan kemampuan mengajar. Tetapi istilah populer yang lazim digunakan
adalah “pengembangan instruksional (pembelajaran), yang merupakan padanan dari
istilah “instructional development”. Istilah yang disebutkan terakhir
ini adalah merupakan istilah resmi yang dibakukan oleh organisasi profesi AECT
(Association for Educational Communication and Technology) di Amerika
Serikat.
Dalam operasionalnya pengembangan sistem intruksional ini dapat dilaksanakan untuk jangka pendek maupun jangka
panjang; dapat dilaksanakan untuk satu topik sajian, satu periode latihan, satu
semester, satu bidang studi, atau bahkan satu sistem yang lebih besar lagi.
Atas dasar itulah Gustafson (dalam Sadiman, 1986:13) membedakan adanya
tingkatan atau level pengembangan sistem instruksional, yakni: (a) tingkatan
kelas, (b) tingkatan sistem, (c) tingkatan produk, dan (d) tingkatan
organisasi. Setiap tingkatan tersebut memiliki fungsi dan model-model yang
berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Di Indonesia, pengembangan sistem pembelajaran merupakan hal yang relatif
baru. Pertama kali digunakan pada tahun 1972 oleh Badan Pengembangan Pendidikan
(sekarang: Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan) dengan
nama populernya PPSI (Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional). Bahkan
perguruan tinggi kita baru mengenal dan menggunakan model pengembangan sistem
instruksional ini pada tahun 1976. Sejak saat itu pengembangan dan penggunaan
model-model pengembangan sistem intruksional sangat berkembang pesat sampai saat ini.
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah:
a.
Bagaimanakah konsepsi dasar pengembangan sistem Instruksional?
b.
Apakah
prinsip dasar
pengembangan Sistem
Instruksional?
c.
Bagaimanakah tingkatan pengembangan sistem Instruksional?
d.
Bagaimanakah model-model pengembangan sistem instruksional?
C.
Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah:
a.
untuk mengetahui bagaimana konsepsi dasar pengembangan
sistem instruksional;
b.
untuk mengetahui prinsip dasar pengembangan sistem instruksional;
c.
untuk mengetahui tingkatan pengembangan sistem instruksional;
d.
untuk mengetahui model-model pengembangan sistem instruksional
D.
Manfaat Pembahasan
Dari pembahasan makalah ini maka
diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan dalam
memahami pembahasan ini dan untuk menambah wawasan pembaca.
PEMBAHASAN
A.
KONSEPSI DASAR
PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL
Ada banyak sekali konsepsi dasar tentang pengembangan sistem intruksional
yang dapat kita jumpai dalam berbagai kepustakaan, yang
rumusannya saling berbeda. Untuk memperoleh pengertian yang komprehensif,
berikut ini diberikan beberapa konsepsi dasar yakni:
AECT (1979: 20) mendefenisikan sebagai berikut:
Pengembangan
pembelajaran adalah suatu pendekatan yang sistematis dalam desain, produksi,
evaluasi, dan pemanfaatan sistem pembelajaran yang lengkap termasuk
komponen-komponennya dan contoh manajemen penggunaannya.
AETT (dalam Miarso, 1988: 8) mendefenisikan bahwa:
Pengembangan
instruksional adalah pengembangan sumber-sumber belajar secara sistematik agar
dapat terjadi perubahan perilaku.
Ely (1978: 4) mendefenisikan bahwa:
Pengembangan
sistem instruksional adalah suatu proses secara sistematis dan logis untuk
mempelajari problem-problem pengajaran, agar mendapatkan pemecahan yang teruji
validitas dan praktis bisa dilaksanakan.
Dari beberapa konsepsi dasar tentang
pengembangan sistem instruksional, maka dapat ditarik kesimpulan. Pengembangan sistem pembelajaran adalah suatu pola atau
rencana yang sistematis dalam menilai, mendeskripsikan, mengidentifikasi,
mengembangkan serta menggunakan komponen-komponen sistem pembelajaran (peserta
didik, tujuan, materi, media, metode, dan evaluasi) demi tercapainya tujuan
pembelajaran yang diharapkan.
B.PRINSIP DASAR PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL
Sebagai bagian dari teknologi pendidikan, pengembangan sistem instruksional tentunya mempunyai prinsip dasar yang sama dengan
teknologi pendidikan, yakni: berfokus pada siswa, menggunakan pendekatan
sistem, dan berupaya memaksimalkan penggunaan berbagai sumber belajar.
Ø Berfokus pada siswa
Prinsip ini
memandang bahwa, dalam rangka penerapan pengembangan sistem instruksional,
siswa adalah sentral kegiatan pembelajaran. Prinsip ini juga memandang bahwa
dalam setiap proses pembelajaran, siswa hendaknya bertindak sebagai pihak yang
aktif dan dibuat aktif. Tetapi hal ini bukan berarti bahwa guru adalah pihak
yang pasif. Keduanya harus bertindak aktif.
Ø Pendekatan sistem
Prinsip ini
memandang bahwa masalah belajar adalah suatu sistem. Maksudnya, penanganan
terhadap satu komponen pembelajaran dalam rangka pelaksanaan pengembangan
sistem instruksional harus pula mempertimbangkan integrasi komponen yang lain
sehingga diperoleh efek yang sinergistik untuk memecahkan masalah-masalah
belajar.
Ø Pemanfaatan sumber belajar secara maksimal
Prinsip ini memandang
bahwa semua komponen sumber belajar baik pesan, orang, bahan, peralatan,
teknik, dan latar harus dimanfaatkan secara luas dan maksimal dalam rangka
memecahkan masalah-masalah belajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
C. TINGKATAN PENGEMBANGAN SISTEM INSTRUKSIONAL
Beberapa
tingkatan pengembangan sistem instruksianal dapat kita lihat sebagai berikut:
Tingkatan Sistem
Pengembangan sistem instruksianal tingkatan sistem ini dimaksudkan untuk menghasilkan
sistem pembelajaran yang besar. Kegiatan biasanya berangkat dari nol, yakni
tidak adanya sistem tersebut sampai dengan dihasilkannya suatu sistem. Kegiatan
ini didahului dengan kegiatan awal yang mendalam dan menyeluruh, yang meliputi:
analisis kebutuhan, analisis topik, serta analisi tugas. Kegiatan ini tidak
hanya berbicara masalah pembelajaran saja tetapi juga masalah pendidikan secara
keseluruhan. Masalah yang mendorong dilakukannya kegiatan ini bukan hanya
sekedar masalah pembelajaran, melainkan keseluruhan sistem pendidikan dan
latihan yang dihadapi oleh lembaga yang bersangkutan. Sedangkan sistem
pendidikan/latihan yang menyeluruh itu meliputi masukan mentah (siswa/peserta),
jumlah dan kualifikasinya; masukan instrumental (kurikulum/program, fasilitas,
dana, dan lainnya); proses/pelaksanaan kegiatan pendidikan/latihan itu sendiri;
serta hasil itu yang sesuai dengan tujuan dan kebutuhan. Oleh karena itu
kegiatan ini melibatkan banyak orang terdiri dari ahli teknologi pembelajaran,
ahli bidang studi, guru, dan sebagainya.
Tingkatan Kelas
Pengembangan sistem instruksianal tingkat kelas ini pada hakikatnya adalah merupakan
penjabaran lebih lanjut dari pengembangan sistem instruksianal tingkatan sistem untuk dilaksanakan dalam tingkatan
kelas. Dengan kata lain, pengembangan sistem instruksianal tingkatan kelas ini adalah identik dengan penyusunan
persiapan mengajar oleh guru untuk satu atau lebih topik tertentu. Kegiatan
awalnya sangat sederhana, biasanya berupa penilaian tingkat kemampuan awal
siswa. Pada pengembangan sistem instruksianal tingkatan kelas ini diasumsikan bahwa kurikulum/program
pembelajaran, fasilitas, siswa/peserta latihan, pengajar, dan sebagainya.
Tingkatan Produk
Tujuan pengembangan sistem instruksianal tingkatan produk ini adalah untuk memproduksi satu atau
lebih produk pembelajaran tertentu. Oleh karena itu, kegiatan ini didahului
dengan mengkaji masalah-masalah pembelajaran yang ada untuk mengetahui masukan
yang diperlukan. Hasil kegiatan ini berupa paket pembelajaran seperti modul,
media audiovisual, dan lain-lain bahan belajar yang bentuknya disesuaikan
dengan karakteristiknya.
Tingkatan Organisasi
Pengembangan
sistem instruksianal tingkat organisasi ini dimaksudkan tidak hanya untuk
meningkatkan pembelajaran, tetapi juga memodifikasi atau mengubah organisasi
dan personil suatu lembaga atau organisasi ke situasi yang baru agar
efektivitas dan efisiensi organisasi tersebut meningkat.
Kegiatan ini diawali dengan bertolak dari analisis pekerjaan, atau analisis
isi ajaran. Analisis ini akan menghasilkan emat kemungkinan, yakni: (1)
perlunya diklat khusus diluar pekerjaan karena ada sejumlah kemampuan yang
belum dikuasai, (2) perlunya latihan dalam jabatan karena ada sejumlah
kemampuan khusus yang harus dikuasai, (3) perlunya ada pengawasan dan pembinaan
yang ketat dalam pelaksanaan pekerjaan karena dituntut adanya ketepatan
perbuatan dalam suatu tugas.
A.
Simpulan
AETT (dalam Miarso, 1988: 8) mendefenisikan bahwa: Pengembangan
instruksional adalah pengembangan sumber-sumber belajar secara sistematik agar
dapat terjadi perubahan perilaku.
Pengembangan sistem pembelajaran adalah merupakan usaha yang sistematis
dari teknologi pembelajaran untuk mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan. Sadiman (1986: 12) menyatakan bahwa pengembangan pembelajaran
adalah suatu usaha yang sistematis untuk menganalisis masalah,
mengidentifikasi, memilih, merancang, dan menilai pemecahannya. Usaha tersebut
dimaksudkan untuk menghasilkan suatu desain sistem pembelajaran yang komplit,
terarah, dan terkontrol untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jadi,
pengembangan sistem pembelajaran adalah bagian dari teknologi pembelajaran.
B.
Saran
Untuk para pengembang sistem instruksional hendaknya dapat melakukan
kegiatan pokoknya dengan baik, seperti :
a.
Menentukan hasil belajar dalam arti prestasi siswa yang
bisa diamati dan diukur.
b.
Menentukan media untuk kegiatan tersebut.
c.
Menentukan metode dan memonitori responsi siswa sewaktu
berada dalam proses pengajaran dan sewaktu dievaluasi.
d.
Mengadakan perbaikan dalam kegiatan belajar mengajar bila
ternyata responsi siswa tidak sesuai dengan hasil yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
AECT. (1979). The defenitions of
educational technology. Washington.
Bana thy. (1968). Instruction system. Belmond: Fearon.
Gagn e. (1988). Prinsiples of instruction design, third edition. New
York: Rinehart and Winston.
Harj into. (2006). Perencanaan pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Miarso. (1988). Survey model
pengembangan instruksional. Jakarta: PAU-UT.
Sadiman. (1986). Media pendidikan.
Jakarta: Pustekkom Dikbud.
0 comments:
Post a Comment